Gambar 194 memperlihatkan perbandingan antara JFET dengan BJT
Dibawah ini merupakan tabel yang membandingkan antara JFET dengan BJT
2 Konstruksi dan karakteristik Transistor JFET
2.1 Konstruksi
Transistor JFET Channel n dan Channel p
transistor JFET (UJT) memiliki dua tipe yaitu Channel n dan Channel p. Konstruksi Transistor JFET Channel n merupakan persambungan tiga susunan lapisan
bahan semikonduktor yaitu bahan p, bahan n, dan bahan p sedangkan Channel p merupakan persambungan tiga susunan lapisan bahan semikonduktor yaitu
bahan n, bahan p, dan bahan n seperti gambar 195.
2.2 Karakteristik
Transistor JFET Channel n dan Channel p
a) Karakteristik
JFET Channel n adalah seperti gambar 196, dimana semakin kecil nilai
VGS terhadap nol maka semakin kecil elektron mengalir dari kaki
Source (S) ke kaki Drain (D) karena dari konstruksinya terlihat daerah
depletion layer antara bahan semikonduksi tipe n dengan tipe p semakin
membesar.
Pada kurva karakteristik output dibagi tiga operasi yaitu:
1. daerah saturasi (saturation region)
yaitu daerah diatas VGS = 0 V yang artinya output menjadi cacat,
2. daerah aktif (active ragion) yang artinya output tidak cacat asalkan tegangan
VGS berfluktuasi lebih kecil atau sama dengan 0 V.
3. Daerah cutoff yang artinya output akan terpotong (cacat) jika VGS
lebih kecil dari VP .
4. Sedangkan tegangan VDS lebih kecil dari + VP maka
JFET bersifat sebagai resistansi.
b)
Karakteristik JFET Channel p adalah seperti gambar 197, dimana semakin besar nilai
VGS terhadap nol maka semakin kecil hole mengalir dari kaki Source
(S) ke kaki Drain (D) karena dari konstruksinya terlihat daerah depletion layer
antara bahan semikonduksi tipe n dengan tipe p semakin membesar.
Pada kurva karakteristik output dibagi tiga operasi yaitu:
1.daerah saturasi (saturation region)
yaitu daerah diatas VGS = 0 V yang artinya output menjadi cacat,
2.daerah aktif (active ragion) yang artinya output tidak cacat asalkan
tegangan VGS berfluktuasi lebih besar atau sama dengan 0 V.
3.Daerah cutoff yang artinya output akan terpotong (cacat) jika VGS
lebih besar dari VP.
4.Sedangkan tegangan VDS lebih kecil dari + VP maka
JFET bersifat sebagai resistansi.
3 Pemberian bias
Ada 3 macam rangkaian pemberian bias, yaitu:
1. Fixed bias yaitu, arus bias IG didapat dari VGG yang
dihubungkan ke kaki G melewati tahanan RG seperti gambar 198.
2. Self Bias adalah arus input didapatkan dari pemberian tegangan input VBB
seperti gambar 199.
3.
Voltage-divider Bias adalah tegangan VG didapatkan dari tegangan di R2
dari hubungan VDD seri dengan R1 dan R2 seperti
gambar 200.
4 Konfigurasi-konfigurasi
penguat satu tingkat dan rangkaian ekivalen hybrid л
4.1 Common Source (CS)
Amp.
Adapun rangkaian CS Amp. adalah seperti pada gambar 203.
a). rangkaian ekivalen
hybrid л CS Amp. pada frekuensi menengah
adalah seperti pada gambar 204.
b). rangkaian ekivalen hybrid л CS Amp. pada frekuensi rendah adalah seperti
pada gambar 205.
4.2 Common Drain (CD) Amp.
Adapun rangkaian CD Amp. adalah seperti pada gambar 207.
Analisa rangkaian hybrid лnya adalah sebagai berikut.
a). rangkaian ekivalen hybrid л CD
Amp. pada frekuensi menengah adalah seperti pada gambar 208.
b). rangkaian ekivalen hybrid л CD Amp. pada frekuensi rendah adalah seperti
pada gambar 209.
c). rangkaian ekivalen hybrid л CD Amp. pada frekuensi tinggi adalah seperti
pada gambar 210.
Adapun rangkaian CG Amp. adalah seperti pada gambar 211.
Analisa rangkaian hybrid л-nya adalah sebagai berikut.
a). rangkaian ekivalen hybrid л CG Amp. pada frekuensi menengah adalah
seperti pada gambar 212.
b). rangkaian ekivalen
hybrid л CG Amp. pada frekuensi rendah
adalah seperti pada gambar 213.
c). rangkaian ekivalen hybrid л CG Amp. pada frekuensi tinggi adalah seperti
pada gambar 214.
5. Penguat bertingkat JFET
Berikut contoh rangkaian dan hasil simulasi rangkaian bertingkat CS-CS
Amp seperti gambar 215.
Adapun hasil simulasi rangkaian bertingkat CS-CS Amp. adalah seperti gambar
216.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Boylestad,
R. and Nashelsky, L., 1999, “Electronic Devices and Circuit Theory”, Prentice Hall, New
Jersey.
2.
Hayt,
W. H. and Neudeck, G. W., “Electronic
Circuit Analysis and Design”, Houghton Mifflin Company, Boston.
3.
Coughlin,
R. F. and Driscoll F. F., 1985, “Operational
Amplifiers and Linear Integrated Circuits”, Prentice Hall, New Jersey.
4.
Paynter,
R. T.,1997, ”Introductory Electronic
Devices and Circuits”, Prentice Hall, New Jersey.
5.
Malvino, 1985, “
Aproksimasi Rangkaian Semikonduktor: Pangantar Transistor dan Rangkaian
Terpadu”, Penerbit Erlangga.
6.
Mike Tooley, 2002, “
Rangkain Elektronika: Prinsip dan Aplikasi”, Penerbit Erlangga
7. Darwison, 2008, “Diktat Elektronika Analog”, Teknik Elektro – Unand, Padang.
8. Darwison, 2010, “Diktat Dasar Elektronika”, Teknik Elektro – Unand, Padang.
mantull nih min
BalasHapusIsolasi double tape